Sponsor Blog ini

Shoutbox

Blog Archive

Wigdet Blog

All About Fiction Writing Blogs - BlogCatalog Blog Directory KafeBlogger.com Kumpulan Komunitas Blogger Indonesia
Kafe Blogger Indonesia

Jadwal Shalat

Banner teman

Blogroll

LINK EXCHANGE
Cerita Islam Buat Kita
Minggu, 30 Mei 2010

Pada suatu ketika, Rasulullah saw. datang ke masjid untuk shalat.Beliau melihat sekumpulan sahabat ra. sedang tertawa-tawa. Mereka tertawa sangat keras sehingga gigi mereka terlihat dengan jelas.Lalu Nabi saw. bersabda, "Apabila kalian banyak mengingat maut, maka kalian tidak akan seperti yang saya lihat saat ini. Perbanyaklah mengingat maut. Dikubur,tiada sehari pun yang terlewati kecuali kubur akan berkata, "Aku adalah rumah yang tidak mengenal persahabatan, aku adalah rumah yang penuh dengan debu, aku adalah rumah penghabisan, aku adalah rumah kalajengking." Apabila seorang mukmin diletakkan di dalam kubur,maka kubur akan berkata, "Selamat datang, baik engkau telah datang, di antara sekian banyak orang yang tinggal di atas bumi,engkaulah yang paling saya sukai. Sekarang engkau telah tiba, maka aku akan berbuat yang terbaik untukmu." Kemudian kubur akan melebar seluas pandangan si mayit dan akan dibukakan untuknya salah satu pintu surga sehingga berhembus angin surga kepadanya dan harumnya surga akan tercium olehnya.Jika seseorang yang berakhlak buruk dimasukkan ke kubur, maka kubur akan berkata, "Tiada ucapan selamat datang bagiu. Sangat buruk kedatanganmu ini. Di antara semua orang yang berada di atas bumi,kamulah yang paling saya benci. Sekarang kamu telah datang kepadaku,maka lihatlah bagaimana aku tunjukkan sesuatu yang paling buruk bagimu." Kemudian kubur akan merapat dan akan terus menghimpitnya sehingga tulang rusuknya saling menikam. Kemudian datanglah tujuh puluh ekor ular untuk menyiksanya. Jika satu saja bisa ular itu jatuh ke bumi,maka tiada sehelai rumput pun yang dapat tumbuh di atasnya. Ular-ular itu terus menyiksanya hingga hari Kiamat." Sabda Rasulullah saw., "Kubur adalah salah satu taman dari taman-taman surga, atau salah satu jurang dari jurang-jurang neraka."
Selengkapnya...

Rabu, 19 Mei 2010

Untuk melenyapkan cahaya islam, kaum kafir Quraisy bersepakat untuk membunuh Muhammad. Namun sebelum mengambil langkah lebih jauh, mereka menemui pelindungnya, Abu Thalib.
Kepada Abu Thalib mereka katakana, “Keponakan anda mencaci - maki sesembahan dan agama kami;menyebut kami orang jahil. Dia juga bilang bahwa nenek moyang kami adalah orang yang sesat. Sekarang hokum dia atau kami yang akan lakukan. Kami tidak bias bersabar lagi mengahadpinya.”
Abu Thalib menyadari situasi gawat yang akan dihadapinya. Ia memanggil Muhammad dan menceritakan semua yang dikatakan oleh pembesar Quraisy itu. Ia berkata, “Jagalah dirimu dan diriku dan jangan membebaniku dengan sesuatu yang melebihi kemampuanku.”

Dengan tenang dan teguh hati, Rasulullah menjawab, Walaupun mereka meletakan Matahari di Tangan Kananku dan Rembulan di Tangan Kiriku agar aku berpaling dari risalah yang aku bawa, aku tidak akan berhenti sampai Allah mengahntarkan aku pada kejayaan Islam atau aku akan binasa karenanya.”
Tersentuh oleh nada tinggi dan jawaban keponakan kesayangannya itu, Abu Thalib lalu berkata, “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan! Demi tuhan pemelihara ka’bah, aku tidak akan menyerahkan kamu kepada mereka.”
Selengkapnya...

Selasa, 18 Mei 2010

Di awal islam, para pengikut nabi Muhammad sering kali mendapat siksaan lantaran meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka. Salah seorang yang paling kejam menyiksa umat islam adalah Umar Bin Khatab. Postur tubuhnya tinggi dan kuat, ia terkenal sangat pemberani. Umar tidak lain adalah terror bagi siapapun yang mengenalnya.
Tapi penyiksaan terbukti tidak mengoyahkan iman kaum muslimin. Para pemeluk baru terus bertambah jumlahnya. Perkembangan ini tentu saja membuat Umar menjadi geram. Karena itu ia ingin membunuh Nabi Muhammad dengan tanganya sendiri. Dengan pedang terhunus Umar berjalan ke bukit Shafa tempat Nabi Muhammad tinggal.
Ditengah perjalanannya menuju Shafa, ia berpapasan dengan Na’im. Lelaki itu dengan kasar mengatakan kepada Umar sebelum membunuh orang lain, lebih baik mengurus adiknya, Fatimah dan suaminya Sayid yang telah masuk islam.

Terkoyak harga diri Umar, demi mendengar cerita itu. Dengan amarah yang memuncak, ia bergegas menuju rumah adiknya. Saat itu, Fatimah sedang membaca Al-Qur’an. Melihat kedatangan Umar dengan wajah merah padam, ia cepat –cepat menyembuyikan lembaran yang ia baca. Namun Umar telah mendengar beberapa ayat dari luar rumah dan menanyakan apa yang baru saja dibaca oleh adiknya. Dengan gemetar Fatimah menjawab, “Aku tidak membaca apa pun.”
Sayid dating menghampiri. Umar membentak, “Bedebah! Kalian berdua telah mengingkari kepercayaan nenek moyang kita. Sekarang rasakan akibatnya!”
Selesai berkata demikian, Umar memukul Sayid bertubi-tubi. Fatimah langsung meonolong suaminya;namun ia juga menerima pukulan Umar sehingga darahnya mengucur deras. Fatimah semakin putus asa dan dengan tegas ia mengatakan tidak akan meninggalkan Islam meskipun Umar membunuhnya.
Umar tersentak mendengar pengakuan adiknya itu. Kemarahanya mulai mereda saat melihat darah mengucur dari luka adiknya. Ia menghampiri adiknya dan meminta Fatimah untu membacakan beberapa ayat Al-Qur’an untuknya. Fatimah mengambil lembaran – lembaran Al-Qur’an lalu menyerahkanya ke tangan Umar. Sesudah setelah itu, mata umar tertuju pada ayat: “Segala sesuatu yang ada dibumi dan langit bertasbih kepada Allah, zat yang Maha Kuasa Lagi Maha Mengetahui.”
Keindahan gaya bahasa, irama yang merdu dan pengaruh yang mendalam dari ayat tersebut mengerakan kesadaranya. Saat ia sampai pada ayat: “Maka beerimanlah kapada Allah dan Rasul-Nya!” secara tidak sadar Umar berseru, “Sungguh aku beriman kepada Allah dan Raul-Nya.”
Dengan pedang terhunus dan darah adiknya yang membasahi tubuhnya, Umar bergegas menuju kediaman Rasulullah. Saat itu Rasulullah tengah berada di dalam masjid dengan beberapa sahabat. Umar bergegas mempercepat langkah. Kedatangan Umar dengan pedang terhunus, membuat sebagian sahabat menjadi ketakutan. Tetapi rasulullah dengan tenang menyapa Umar, “Ada apa Umar?Apa yang bias aku bantu?”
“Wahai Rasulullah! Terimalah aku! Aku dating untuk memeluk islam,” jawab Umar.
“Allahu Akbar!” seru Rasulullah mendengar pernyataan Umar. Seluruh majelis itu pun berseru ,”Allahu Akbar!”
Bukit Shafa bergemuruh oleh suara Takbir dan semenjak peristiwa itu, lahirlah pekikan ‘”Allahuakabar” sebagai pernyataan gembira. Pekik ini mempertahankan, member semangat dan member inspirasi bagi jutaan kaum muslimin pada masa – masa sulit atau penindasan, kapan dan ditempat manapun.
Selengkapnya...

Tersebutlah nama Ibrahim bin Adham, seorang sufi, mantan raja Balkh yang telah meninggalkan kemewahan dunia. Suatu hari sufyan melihat Ibrahim bin Adham sedang menangis di Milad Nabi Suqul Lail Makkah. Dipinggir jalan, dijumpainya dia.Sesudah mengucapkan salam, sufyan menanyakan kepadanya:"Apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis?"
Sufyan mengulang pertanyaannya itu hingga tiga kali, barulah Ibrahim mau menjawab."Kuminta kau merahasiakan apa yang akan ku ceritakan ini dan tidak menceritakannya kepada orang lain."
"Tentu saja,"kata Sufyan."Silahkan,katakan saja apa yang kamu kehendaki."
Maka berceritalah Ibrahim bahwa ia sangat ingin memakan sup.Tetapi ibrahim sudah mampu menahan keinginanya itu selama 30 tahun."Namun,tadi malam aku bermimpi didatangi seorang pemuda tampan,membawa sebuah mangkok hijau yang berisikan sup yang masih hangat.Tapi, saya menolaknya. Namun, pemuda itu menyodorkan lagi mangkok itu kepadaku sembari berkata,"Hai Ibrahim, makanlah ini!"

Selengkapnya...

Hari itu puasa Ramadhan menjelang hari keenam.Seperti biasa,Abu Nawas duduk diberanda depan gubugnya sambil menunggu bedug maghrib tiba.Sambil memandang langit biru yang mulai nampak senja, Abu Nawas berpikir bagaimana agar dapur rumahnya agar tetap mengepul.
Sementara itu ada seorang tuan tanah yang rumahnya tak jauh dari rumah Abu Nawas.Sebagai tuan tanah tentu saja mempunyai rumah yang besar.Lengkap dengan seperangkat gudang makanan,lahan peternakan dan kamar.Hampir setiap orang yang berada didaerah itu bahkan Abu Nawas sendiri bekerja dengan tuan tanah itu,bekerja keras setiap hari hari tetapi dengan hasil yang sedikit.Dan bila meminjam bunga denga dirinya maka harus mengembalikan dengan bunga yang sangat tinggi. Tingkat penghisapanya sangat tinggi.Dan sebagai mana tuan tanah, dia mempunyai sifat yang pelit,kikir,tamak dan loba.
Tuan tanah ini mendengar kabar bahwa Abu Nawas mempunyai suatu kepandaian yang aneh. Bila ia meminjam sesuatu maka akan dikembalikan secara lebih, katanya pinjamannya itu beranak.Seperti meminjam seekor ayam maka ayam itu akan dikembalikan dua karena ayam itu beranak.Menarik juga kepandaian Abu Nawas ini piker sang tuan tanah.Tuan tanah lalu berpikir agar Abu Nawas segera meminjam darinya.
Secara kebetulan sore itu Abu Nawas ingin meminjam 3 butir telur kapada tuan Tanah itu. Tuan tanah tentu saja senang memberikan pinjaman kepada Abu Nawas karena pinjaman itu akan menjadi banyak karena beranak. Malahan tuan tanah itu menanyakan kepada abu nawas apakah ingin meminjam yang lain. Abu Nawas menjawab tidak perlu. Dia hanya butuh 3 butir telur. Tuan tanah itu bertanya lagi dengan Abu Nawas kapan telur itu akan beranak?Abu nawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.
Lima hari kemudian,Abu Nawas kembali kerumah tuan tanah itu.Mengembalikan telur menjadi 5 butir.Melihat 5 butir telur betapa senangnya Tuan tanah itu.Tuan tanah lalu menanyakan kepada abu nawas apakah ia akan meminjam lagi.Abu Nawas lalu meminjam piring tembikar sebanyak 2 buah. Tuan tanah itu memberikan dengan senang hati dan berharap piringnya itu menjadi banyak.
Lima hari kemudian Abu Nawas datang dengan membawa 3 piring tembikar.Walaupun tidak sesuai dengan yamg harapakan,tetapi hatinya cukup gembira karena dua piring dulu hanya melahirkan 1 anak saja.Tak apa piker sang tuan tanah karena bias saja orang mempunyai anak tunggal bahkan tidak memiliki anak.
Abu Nawas dan Tuan tanah itu sama – sama senang. Maka dari itu tuan tanah itu meminjamkan uang senilai 1000 dinar.Jumlah yang sangat besar, gaji buat seluruh karyawan dan pekerjanya selama 1 bulan.Tuan tanah itu berangan – angan bahwa uang yang dipinjam abu nawas nanti akan diapakan karena akan banyak beranak.Tuan tanah itu menanti dengan tidak sabar. Ditunggu selama lima hari, abu nawas tidak kunjung dating.hampir satu bulan,Abu nawas juga tidak dating.Saat tuan tanah akan mendatangi rumah Abu Nawas dengan centengnya, Abu Nawas dating.Mulanya tuan tanah gembira tapi sesudah Abu Nawas menjelaskan persoalanya,bukan main marahnya tuan tanah itu.
“Sayang sekali tuan.Uang yang saya pinjam itu, bukannya beranak, malah tiga hari kemudian mati mendadak.”Mendengar kata- kata itu betapa geramnya tuan tanah.Hampir saja Abu Nawas dihajar centeng tuan tanah. Untung saja ada teman – teman abu nawas yang baru pulang dari bekerja.
Tuan tanah itu mengadukan kepada pengadilan.Tuan tanah itu berharap Abu Nawas akan digantung atau bahkan dihukum rajam.Dan, pengadilan pun digelar.Abu Nawas memebeberkan semua duduk permasalahanya.Demikian juga tuan tanah itu menjelaskan. Pengadilan pun memutuskan cukup rasional(masuk akal).Kalau sesuatu bias beranak sudah pasti bias mati.Dan Abu nawas telah menjalankan lakonnya dengan baik.Adapun tuan tanah yang tamak itu telah tertipu karena wataknya sendiri yang kikir,tamak,pelit.
Selengkapnya...

Pada suatu hari disiang hari bolong, abu nawas beerteriak – teriak di tengah pasar.
“Saudara – saudara semua!Camkanlah baik-baik, saat ini saya benci sesuatu yang Haq dan suka akan fitnah.Bahkan saya saya menjadi orang kaya yang melebihi Allah.”
Karuan saja Abu Nawas segera ditangkap oleh polisi istana, dan selanjutnya dihadapkan kepada baginda Raja harun Ar rasyid.
“Benarkah laporan yang saya terima bahwa kamu membenci yang Haq dan menyukai Fitnah, dan mengaku menjadi orang kaya yang melebihi Allah?”tanya sang raja.
“Benar, baginda,”jawab Abu Nawas dengan tenang, “Rasanya tidak hanya saya tuan baginda juga begitu.”
“Jangan kurang ajar kamu!!!”kata sang raja tersinggung.
“Benar, baginda.Saya sering mendengar pengajian – pengajian bahwa kematian dan neraka adalah sesuatu yang Haq.Siapa yang tidak suka akan kematian dan neraka,”kata Abu Nawas.
“katanya kamu suka akan yang Fitnah?”
“Benar.jangankan saya. Tuan baginda juga begitu,”jawab Abu Nawas.
“Apa maksudmu?”
“Saya pernah membaca firman Allah dalam Al-Qur’an bahwa sesunguhnya harta dan anak adalah fitnah.Nah, apakah baginda tidak menyukai anak dan harta?”
“lalu tentang pendapatmu yang mengaku lebih kaya dari Allah?”tanya sang raja.
“Itu sudah jelas, baginda. Saya punya anak dua, sementara Allah tidak punya anak sama sekali,”jawab Abu Nawas dengan ketus.
”kamu memang benar kurang ajar.Tetapi apa maksud kamu berbuat seperti itu?”
“Supaya dihadapkan kepada anda baginda.”
”Lalu?”
“Ya,agar diberi hadiah .”
“kamu memang gila!”kata sang raja sambil berlalu dan menyuruh anak buahnya untuk memberikan uang 100 dinar kepada Abu Nawas.
Selengkapnya...